Antara Hati dan Logika
Oleh : Yeni Yulianti
“Layang-layang
bisa terbang karena menantang angin”—Sri Raharso
Layang-layang tidak akan pernah terlihat
indah terbang diatas muka bumi, jika dia tidak membuat keputusan untuk
menentang angin yang kencang. Bagi layang-layang angin merupakan sebuah
tantangan yang harus ditaklukan. Sama halnya dengan HIDUP. Hidup adalah sebuah
tantangan. Dimanapun, kapanpun, apapun, dan dengan siapapun pasti akan ada
tantangan yang harus kita hadapi dan taklukan.
Tahunlalu
(2014) mungkin bagi saya adalah tahun yang penuh dengan tantangan dan
pengalaman. Berpuluh-puluh pengalaman danberatus-ratus pelajaran saya dapatkan
dari awal bulan sampai akhir bulan 2014. Saya benar-benar bias menghargai
semenit demi semenit waktu yang saya miliki.
Bener kata Kang
Ginan (Mahasiswa Filsafat UI 2012) “Sayaini orang keren. Dan orang keren selalu bangkit di akhir cerita-cerita
superhero. Oke, akan saya buktikan sekarang. Saya berjuang, from zero to hero”.
Dari kata-kata itu saya jadi termotivasi selama semester terakhir di SMA Saya
mengerahkan seluruh kemampuan yang saya miliki untuk mengejar mimpi saya
menjadi “Mahasiswa Ilmu Ekonomi UI 2014”. Walaupun demikian saya tetap tak
habis pikir mengapa setiap orang mempunyai kebiasaan merubah pola hidup ketika
semuanya dalam batas habis waktu???.
Di tahun 2014, dari bulan Maret sampai bulan Juni waktu saya benar-benar
saya habiskan hanya untuk belajar. Selama itu pokoknya gak ada nonton sinetron,
gak ada keluyuran sama temen, dan juga gak ada yang namanya maenan
handphone sampe tengah malam. Waktu itu saya membuat jadwal belajar yang
sangat intens. (Wah keren juga tuh, terus hasilnya gimana yen?) Nah itu dia,
walaupun hasil yang saya dapat dari perjuangan yang menurut saya sudah maximal
itu tidak sesuai harapan, (lah? mengapa bisa tak sesuai harapan?). Alasannya, Pertama karena
saya tidak lulus SNMPTN, kedua saya juga tidak lulus SBMPTN, dan yang lebih
parah lagi nilai rata-rata UN saya jauh sekali dari target yang saya tetapkan. Sedih?
Itupasti, tapi apa saya akan tetap seperti ini ? meratapi nasib yang tak
membawa harapan? Ohhh no, itu bukan tipe seorang pemenang J saya bangkit dan tegak berdiri
menghadapi ujian kehidupan selanjutnya. Walau 1 minggu mungkin
wajar jika saya tidak ingin melihat soal-soal pemantapan UN dan soal-soal
latihan SBMPTN yang dulu adalah teman setia saya dikala pagi, siang, petang dan
malam (kedengaran sedikit agak berlebihan, however
itulah yang terjadi ).
Untuk setiap harinya rata-rata waktu sembilan jam saya habiskan di
sekolah. Berangkat pagi pulang petang, ketika berangkat kesekolah langit masih
gelap dan ketika tiba di rumah langit sudah berubah menjadi gelap kembali.
Aaaaah rasanya itu rutinitas paling melelahkanL. Dulu sempat terpikir
oleh saya untuk menyerah, namun apa itu jalan yang saya harapkan? Jelas
jawabannya tidak, saat itu yang bisa saya lakukan adalah menengadah berserah diri dan meminta yang terbaik kepadaNya.
JUM’AT, 25
APRIL 2014
Saat itu memang
rutinitas telah berubah menjadi ketenangan yang menegangkan. Karena bosan
dengan kegiatan yang penuh dengan kesia-siaan selama masa pengangguran itu,
akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai peserta EKSPEKTASI
Asgar Muda Super Camp angkatan pertama. Ekspektasi AMSC itu adalah organisasi
yang berada dibawah naungan organisasi Asgar Muda Super Camp yang dibentuk atau
bertujuan untuk membekali kader-kadernya menghadapi kehidupan di kampus yang
mereka impikan. Ironisnya waktu itu saya belum diterima di PTN manapun,
karena pengumuman penerimaan mahasiswa baru baru akan diumumkan pada bulan Mei.
Tapi entah mengapa saya begitu optimis dengan keyakinan saya, bahwa kelak saya
pasti bisa kuliah.
Seleksi demi
seleksi telah saya lewati, dan akhirnya saya menjadi bagian dari 80 orang yang
beruntung menjadi peserta Ekspektasi AMSC angkatan pertama. Setelah lolos
seleksi, saya tak pernah absen mengikuti serangkaian kegiatan seperti training
motivasi untuk kuliah diperguruan tinggi negeri, mentoring, dan juga menghadiri
kelas tambahan persiapan SBMPTN. Sebenarnya kegiatan-kegiatan ini ditentang
keras oleh ibu saya, karena memang beliau tidak terlalu mengizinkan semua
anaknya untuk aktif di kegiatan-kegiatan sekolah ataupun luar sekolah, apalagi
waktu itu saya sudah bebas dari berbagai kegiatan wajib masa putih abu-abu.
Akibatnya selama mengikuti kegiatan di Asgar Muda saya tak jarang pergi tanpa
izin beliau, bukan ingin menentang tapi terkadang kita harus berani bersikap
dalam mengambil keputusan yang sekiranya menurut kita benar dan tidak menentang
aqidah kita.
***
SELASA, 27
MEI 2014
Akhirnya waktu
yang ditunggu-tunggu datang juga.. apa yang terjadi dengan mimpiku dan
perjuanganku selama ini? Kabar itu..berita penerimaan mahasiswa baru melalui
jalur prestasi akademik (SNMPTN) sudah didepan mata, akan tetapi saya belum
sanggup untuk melihat kenyataannya (diterima atau tidak, itu semua terjadi atas
kehendakNya). Waktu itu teman-teman saya sudah gencar menanyakan via sms “yen
gimana keterima gak?” atau “dek gimana udah dicek belum berita SNMPTN?” dan
berbagai pertanyaan lain yang beragam dengan satu tujuan yaitu “kepo” alias
penasaran J. Akhirnya saya menyarankan agar teman-teman saya dan kakak tingkat
saya untuk membuka sendiri di halaman web SNMPTN, setelah saya beri tahu user
name dan passwordnya. Dan merekapun tahu sendiri apa yang terjadi. Saya tidak
LULUS SNMPTN. Ketika itu pupuslah harapan saya untuk menjadi sarjana
ekonomi-__-. Sempat putus asa dan kecewa lalu menangis karena tak tahu apa lagi
yang harus dilakukan. Tapi ternyata saya tidak sendirian karena teman-teman
dikelas ataupun di organisasipun mayoritas mengalami hal yang sama pedihnya.
Kesedihan memang akan terasa lebih ringan ketika kita tak sendirian
mengalaminya.
Ketika saya
memberitahu ibu saya kalau saya tidak lulus SNMPTN, ibu saya hanya menanggapi
dengan sikap yang terlihat seperti tidak terlalu peduli dengan berita seperti
itu, karena sejak awal harapan ibu saya adalah setelah lulus SMA saya harus
bekerja seperti apa yang sepupu-sepupu saya lakukan. “Kerja dulu baru kuliah
dengan uang sendiri” begitulah pendapat ibu saya. Tapi ketika lulus SMA
saya merasa belum mempunyai skill apa-apa untuk bekerja. Disana saya
mulai bingung dengan masa depan saya yang masih jadi ilusi. Apakah saya akan
ikut SBMPTN atau saya mulai membuat surat lamaran pekerjaan ke PT-PT yang ibu
saya sarankan.
Tanpa
sepengatahuan ibu saya, diam-diam saya selalu konsultasi kepada guru BP dan
mentor-mentor saya di asgar muda. Dan alhamdulillah saya mendapatkan pencerahan
dari masalah-masalah yang saya hadapi. 98% pendapat itu dapat disimpulkan bahwa
saya harus mengikuti tes tulis masuk perguruan tinggi negeri dan 2% nya
tergantung dari keberanian saya untuk memutuskan.
Singakat
cerita...
Saya sudah
mengikuti tes tulis dengan izin yang dipaksakan, hasilnya? Saya GAGAL lagi. dan
kali ini orang tua saya benar-benar meminta saya untuk berhenti berharap kuliah
di tahun 2014, karena nyatanya tes demi tes gagal saya taklukan walaupun saya
sudah berjuang. Namun hati kecil saya masih bersemangaat untuk mengikuti
tes-tes yang lain walupun itu bukan jurusan Ekonomi.
Karena didorong
dari motivasi dan ambisi yang sangat kuat saya memutuskan untuk mendaftarkan
diri di Politeknik Negeri Bandung melalui jalur tulis. Ketika itu tanggal 15
juli 2014, saya daftar di jam-jam terakhir penutupan pendaftaran, berbekal uang
tabungan yang saya miliki saya daftar dan ke bank diantar seorang teman yang
sama daftar SMB juga. Waktu itu saya nekat tidak meminta izin kepada ibu saya,
karena saya sudah yakin beliau tidak akan mengizinkan saya untuk ikut test
lagi.
Hari demi hari
berjalan terasa cepat, akhirnya tanggal 17 juli saya meminta izin untuk pergi
ke bandung, karena tanggal 18 juli adalah test nya. Semalaman saya memikirkan
bagaimana besok, gimana caranya bicara kalau besok saya akan pergi ke Bandung
untuk test masuk POLBAN, semalama saya tak bisa tidur hanya gara-gara tidak
tahu gimana caranya bicara degan ibu.
Saya memang
kurang dekat dengan ibu dan dengan semua orang yang ada di rumah, terkecuali
denagn nenek saya, makanya untuk hal yang sepele saja saya bingung gimana
cara mengungkapkannya (#ironis ) . pagi itu sengaja saya bangun lebih pagi dan
beres-beres rumah lebih awal karena jam 9 saya sudah janji bersama ke empat
teman saya untuk berangakat ke Bandung. Tak saya sangka baru saja satu kalimat
meluncur dari lidah saya, ibu saya langsung membom bardir dengan puluhan
kalimat yang membuat saya terisak. SAYA TIDAK DIBERI IZIN . Bingung. Apa
yang mesti saya lakukan? Karena semua sudah siap, hanya izin yang saya butuhkan
saat itu.
sementara saya
menangis di kamar, ibu saya menyuruh saya untuk menjaga rumah dan nenek saya,
karena katanya waktu itu ibu saya ada urusan keluar. disanalah otak saya
bekerja. saya menulis surat untuk ibu saya yang isinya permintaan maaf
karena telah melawan. saya memutuskan untuk kabur dari rumah. melalui perang
tangisan antara saya dan nenek, tanpa dibekali uang sepeserpun akhirnya saya
pergi tanpa salam kepada ibu, saya berpikir tak apa kali ini saya menentang
utnuk mimpi, karena dulu-dulu saya selalu nurut dengan semua perintah ibu, toh
ini bukan sesuatu yang menyalahi aturan. untungnya saya punya tabungan yang
cukup untuk pergi kebandung. di sepanjang perjalanan saya berdo'a dan meminta
untuk diselamatkan.
setelah sampai
di Bandung, saya menginap di kosan anak PAMAGAR( Paguyuban Mahasiswa Garut)
bersama 2 orang teman perempuan saya, dan yang 2 orang lagi menginap di Garut
Kost. ketika sampai saya langsung disambut dengan hangat oleh teh Tyas
(Mahasiswa Akuntansi Polban 2012) dan Kang Agung (Mahasiswa Teknik Sipil Polban
2012). Perasaan yang melegakan karena selamat sampai tujuan tapi hati tetap
tidak tenang-,- . Saya langsung memberi kabar kepada ibu saya karena saya
sudah sampai di Bandung. ibu saya hanya membalas dengan kata-kata yang dingin
tanpa ekspresi. Namun tak apa karena itu sudah menjadi konsekuensi.
Siangnya saya
pergi kekampus Polban untuk yang pertama kalinya, dan menjalani tes
dengan hati yang gugup. akhirnya selesai juga. sebelum test saya berdo'a dalam
hati " Ya Alloh, jika memang ini adalah pilihan yang terbaik yang Engkau
tentukan, maka berilah kelancaran dalam setiap langkah yang saya jalani. jika
memang kuliah bukan jalan satu-satunya untuk mencapai apa yang saya impikan
saya akan berhenti sampai titik ini dan menerima saran orangtua saya".
saya bertekad dan yakin.
TEST SELESAI
23 JULI 2014
saya mendapat kabar menggembirakan.... SAYA LULUS SELEKSI di pilihan pertama
dengan uang kuliah tunggal paling rendah dan hanya untuk satu orang. betapa
bahagianya saya menjadi satu orang itu. Alhamdulillah. Orang tua saya terlihat
bahagia, akhirnya saya dapat membuktikan kalau saya benar-benar ingin kuliah.
Pesan : ketika kita yakin dengan apa yang kita anggap benar walau itu
bertentangan dengan ideologi orangtua, maka tak ada salah nya untuk mencoba
keluar dari zona nyaman. BERANI MENGAMBIL RESIKO adalah syaratnya.
semoga kisah
saya diatas dapat memberikan sedikit masukan untuk good readers dimanapun yang
mempunyai masalah antara Hati dan Logika.
#SalamSukses